CERITA WAYANG WAHYU MAKOTA RAMA YANG PENUH MAKNA
NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN
D. SUDIBYO
SMAN 1 KERTOSONO
Seni wayang karya leluhur kita yang berakulturasi dengan
cerita Ramayana Mahabarata yang telah dimodivikasi, oleh para wali, terutama
Sunan Kalijogo ternyata mengandung nilai-nilai yang sangat bermakna dalam
kehidupan.
Seni wayang sebagai totonan dan tuntunan yang penuh dengan
filsafat dan umumnya di gelar pada malam hari, dengan gaya bahasa Jawa (ngoko,
madya, kromo inggil), tampaknya generasi sekarang kurang tertarik, dan anehnya
pada saat dialog yang menjadi inti cerita, banyak orang yang meninggalkan
tempat duduknya, dan mereka akan kembali saat adegan perang, Limbukan atau
Goro-goro, oleh karena itulah banyak orang yang tidak mendapatkan petuah/tuntunan
dari lakon wayang tersebut.
Salah satu cerita wayang yang terkait dengan pola-pola
kepemimpinan bisa kita dengar, kita lihat dalam lakon WAHYU MAHKOTA RAMA yang
didalamnya ada HASTO BROTO.
Kisah ini menceritakan
Rama memberi wejangan/pendidikan ilmu kepemimpinan kepada Gunawan
Wibisono, demikian juga yang dilakukan Sri Batoro Kresno memberikan wejangan
/pendidikan ilmu kepemimpinan kepada Arjuna. Dalam lakon ini bahwa seseorang
yang menjadi pemimpin atau raja, dalam jiwanya harus memiliki delapan sikap dan
sifat/watak:
1. MATAHARI
Matahari sifatnya menyinari, memberi panas yang
membangkitkan kehidupan, jadi seorang pemimpin harus bisa memberi semangat
kepada bawahan / rakyat dalam mencapai tujuan dengan dasar kematangan berpikir,
penuh kesabaran dan kehati-hatian, mampu
mempertimbangkan untung rugi sehingga tepat dalam mengambil keputusan.
2. BULAN
Bila kita melihat bulan purnama dimalam hari, terlebih saat
listrik padam, kita merasakan suatu keindahan, kenyamanan, kedamaian. Bahkan
ada komponis menuangkan dalam lagu dibawah sinar bulan purnama. Bulan
memberikan kesenangan dengan kelembutan dan kesejukan sinarnya. Jadi seorang pemimpin harus bisa bertindak
menyenangkan penuh kasih sayang namun tidak melupakan tanggung jawabnya.
3. BINTANG
Nenek moyangku seorang pelaut, bagaimanakah mereka
mengarungi samodra luas dan tidak pernah tersesat?, ternyata mereka berpedoman
pada bintang. Langit bertabur bintang tampak indah sebagai perhisaan alam
dimalam hari. Jadi seorang pemimpin harus mampu menjadi pedoman dan bertanggung
jawab dalam mengarahkan langkah agar anak buah selamat dalam menjalankan tugas
dalam ruang lingkup yang menjadi tanggung jawabnya.
4. ANGIN
Kita pernah melihat botol kosong? Ternyata botol tersebut
tidak kosong, tetapi berisi angin. Angin mau masuk dimanapun, tempat kotor
bersih sempit, luas dimasuki. Angin
memberi kehidupan mahkluk. Seorang pemimpin harus mampu melihat celah-celah
kosong dan harus masuk mengisi agar tidak kosong, karena kondisi yang kosong
akan membahayakan, bisa dimasuki unsur-unsur negatif . Pemimpin harus mampu
memberi informasi yang tidak diketahui anak buahnya secara benar, sehingga anak
buahnya tidak menerima informasi dari luar yang salah. Pemimpin mampu membaca
situasi dan kondisi dalam wilayah wewenangnya agar tidak terjadi kekosongan
dalam melaksanakan tugasnya.
5.
MENDUNG
Mendung tebal pertanda akan hujan,
semua orang takut dan segera berkemas agar terhindar dari hujan, tetapi air
hujan membawa berkah tumbuh dan berkembangnya tumbuhan yang banyak manfaat bagi
kehidupan manusia. Jadi seorang pemimpin harus tampil berwibawa, menakutkan,
namun dibalik penampilan tersebut terselubung maksud baik, ada suatu hikmah
yang sangat bermanfaat bagi kemajuan dan masa depan anak buahnya
6. API
Api tidak pandang bulu dalam membakar apa saja yang ada
didepannya, sebuah pabrik besar bila terjadi percikan api bisa terbakar habis,
kapal dilaut ada kesalahan arus pendek bisa terbakar. Api bersifat tegak, dapat
membakar dan membinasakan lawan. Jadi seorang pemimpin harus berani memberantas
penyimpangan-penyimpangan dengan tegas,
adil tidak pandang bulu, punya prinsip yang mendasar dan berpijak pada
kebenaran dan kebersihan hati
7. SAMUDRA / AIR
Samudra/air luas mau menampung apa saja yang masuk
didalamnya kotor/bersih, jutaan kapal, perahu bebas berlayar diatasnya. Samodra
sebagai lambang kekuatan yang mengikat, pemimpin harus mampu menggunakan
kekuatannya dan kekuasaannya untuk menjaga keutuhan serta mampu melindungi
rakyat dan anak buahnya, dari gangguan
luar. Mau menerima semua keluh kesah rakyat, anak buah. Serta mampu
menciptakan suasana kehidupan yang tentram, aman secara luas dan merata.
8. BUMI
Bumi tempat berpijak semua benda mati maupun mahluk hidup,
semua punya hak yang sama dalam menempatinya. Bumi digali, dibajak tidak marah,
justru memberi kesuburan. Bumi kuat sentosa, makmur, suci jasmani rohaninya,
jadi seorang pemimpin harus bisa mengendalikan emosinya, harus sabar, karena
harus mau menerima, memperhatikan segala lapisan kehidupan yang beragam yang
ada di rakyat juga anak buahnya yang memerlukan bantuannya. Karena itu pemimpin
harus baik budi pekerti, jujur terhadap ralitas kehidupannya.
Dari delapan hal tersebut diatas tentunya tidak semudah membalik tangan dalam menerapkan
prinsip kepemimpinan, namun secara naluri sebenarnya nilai-nilai tersebut sudah
ada dalam diri setiap orang. Minimal seseorang bisa memimpin dirinya sendiri,
yang akhirnya beranjak ke keluarga, lingkungan sampai ketempat tugasnya.
Kerjasama yang baik dalam suatu lembaga apa saja bila saling
sadar, tahu tugas, etos kerja tinggi pasti akan tercipta suasana kerja yang
sangat nyaman sehingga bisa menyelesaikan tugas dengan tuntas tanpa beban
berat.
Sebatang lidi tak akan mampu dipakai untuk membersihkan
justru akan patah, tetapi bila segengam lidi disatukan diikat, pasti kuat tak
mungkin bisa dipatahkan, akan sukses dipakai untuk bekerja membersihkan
halaman. Persatuan kesatuan membawa keberhasilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar