Kamis, 30 Januari 2014

CERITA WAYANG WAHYU MAKOTA RAMA YANG PENUH MAKNA NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN



CERITA WAYANG WAHYU MAKOTA RAMA YANG PENUH MAKNA
NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN

D. SUDIBYO
SMAN 1 KERTOSONO

Seni wayang karya leluhur kita yang berakulturasi dengan cerita Ramayana Mahabarata yang telah dimodivikasi, oleh para wali, terutama Sunan Kalijogo ternyata mengandung nilai-nilai yang sangat bermakna dalam kehidupan.

Seni wayang sebagai totonan dan tuntunan yang penuh dengan filsafat dan umumnya di gelar pada malam hari, dengan gaya bahasa Jawa (ngoko, madya, kromo inggil), tampaknya generasi sekarang kurang tertarik, dan anehnya pada saat dialog yang menjadi inti cerita, banyak orang yang meninggalkan tempat duduknya, dan mereka akan kembali saat adegan perang, Limbukan atau Goro-goro, oleh karena itulah banyak orang yang tidak mendapatkan petuah/tuntunan dari lakon wayang tersebut.

Salah satu cerita wayang yang terkait dengan pola-pola kepemimpinan bisa kita dengar, kita lihat dalam lakon WAHYU MAHKOTA RAMA yang didalamnya ada HASTO BROTO.
Kisah ini menceritakan  Rama memberi wejangan/pendidikan ilmu kepemimpinan kepada Gunawan Wibisono, demikian juga yang dilakukan Sri Batoro Kresno memberikan wejangan /pendidikan ilmu kepemimpinan kepada Arjuna. Dalam lakon ini bahwa seseorang yang menjadi pemimpin atau raja, dalam jiwanya harus memiliki delapan sikap dan sifat/watak:

1. MATAHARI
Matahari sifatnya menyinari, memberi panas yang membangkitkan kehidupan, jadi seorang pemimpin harus bisa memberi semangat kepada bawahan / rakyat dalam mencapai tujuan dengan dasar kematangan berpikir, penuh kesabaran dan kehati-hatian,  mampu mempertimbangkan untung rugi sehingga tepat dalam mengambil keputusan.

2. BULAN
Bila kita melihat bulan purnama dimalam hari, terlebih saat listrik padam, kita merasakan suatu keindahan, kenyamanan, kedamaian. Bahkan ada komponis menuangkan dalam lagu dibawah sinar bulan purnama. Bulan memberikan kesenangan dengan kelembutan dan kesejukan sinarnya.  Jadi seorang pemimpin harus bisa bertindak menyenangkan penuh kasih sayang namun tidak melupakan tanggung jawabnya.

3. BINTANG
Nenek moyangku seorang pelaut, bagaimanakah mereka mengarungi samodra luas dan tidak pernah tersesat?, ternyata mereka berpedoman pada bintang. Langit bertabur bintang tampak indah sebagai perhisaan alam dimalam hari. Jadi seorang pemimpin harus mampu menjadi pedoman dan bertanggung jawab dalam mengarahkan langkah agar anak buah selamat dalam menjalankan tugas dalam ruang lingkup yang menjadi tanggung jawabnya.

4. ANGIN
Kita pernah melihat botol kosong? Ternyata botol tersebut tidak kosong, tetapi berisi angin. Angin mau masuk dimanapun, tempat kotor bersih sempit, luas dimasuki.  Angin memberi kehidupan mahkluk. Seorang pemimpin harus mampu melihat celah-celah kosong dan harus masuk mengisi agar tidak kosong, karena kondisi yang kosong akan membahayakan, bisa dimasuki unsur-unsur negatif . Pemimpin harus mampu memberi informasi yang tidak diketahui anak buahnya secara benar, sehingga anak buahnya tidak menerima informasi dari luar yang salah. Pemimpin mampu membaca situasi dan kondisi dalam wilayah wewenangnya agar tidak terjadi kekosongan dalam melaksanakan tugasnya.

5. MENDUNG
Mendung tebal pertanda akan hujan, semua orang takut dan segera berkemas agar terhindar dari hujan, tetapi air hujan membawa berkah tumbuh dan berkembangnya tumbuhan yang banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Jadi seorang pemimpin harus tampil berwibawa, menakutkan, namun dibalik penampilan tersebut terselubung maksud baik, ada suatu hikmah yang sangat bermanfaat bagi kemajuan dan masa depan anak buahnya

6. API
Api tidak pandang bulu dalam membakar apa saja yang ada didepannya, sebuah pabrik besar bila terjadi percikan api bisa terbakar habis, kapal dilaut ada kesalahan arus pendek bisa terbakar. Api bersifat tegak, dapat membakar dan membinasakan lawan. Jadi seorang pemimpin  harus berani memberantas penyimpangan-penyimpangan  dengan tegas, adil tidak pandang bulu, punya prinsip yang mendasar dan berpijak pada kebenaran dan kebersihan hati

7. SAMUDRA / AIR
Samudra/air luas mau menampung apa saja yang masuk didalamnya kotor/bersih, jutaan kapal, perahu bebas berlayar diatasnya. Samodra sebagai lambang kekuatan yang mengikat, pemimpin harus mampu menggunakan kekuatannya dan kekuasaannya untuk menjaga keutuhan serta mampu melindungi rakyat dan anak buahnya, dari gangguan  luar. Mau menerima semua keluh kesah rakyat, anak buah. Serta mampu menciptakan suasana kehidupan yang tentram, aman secara luas dan merata.

 8. BUMI
Bumi tempat berpijak semua benda mati maupun mahluk hidup, semua punya hak yang sama dalam menempatinya. Bumi digali, dibajak tidak marah, justru memberi kesuburan. Bumi kuat sentosa, makmur, suci jasmani rohaninya, jadi seorang pemimpin harus bisa mengendalikan emosinya, harus sabar, karena harus mau menerima, memperhatikan segala lapisan kehidupan yang beragam yang ada di rakyat juga anak buahnya yang memerlukan bantuannya. Karena itu pemimpin harus baik budi pekerti, jujur terhadap ralitas kehidupannya.

Dari delapan hal tersebut diatas tentunya  tidak semudah membalik tangan dalam menerapkan prinsip kepemimpinan, namun secara naluri sebenarnya nilai-nilai tersebut sudah ada dalam diri setiap orang. Minimal seseorang bisa memimpin dirinya sendiri, yang akhirnya beranjak ke keluarga, lingkungan sampai ketempat tugasnya.
Kerjasama yang baik dalam suatu lembaga apa saja bila saling sadar, tahu tugas, etos kerja tinggi pasti akan tercipta suasana kerja yang sangat nyaman sehingga bisa menyelesaikan tugas dengan tuntas tanpa beban berat.
Sebatang lidi tak akan mampu dipakai untuk membersihkan justru akan patah, tetapi bila segengam lidi disatukan diikat, pasti kuat tak mungkin bisa dipatahkan, akan sukses dipakai untuk bekerja membersihkan halaman. Persatuan kesatuan membawa keberhasilan.